Dari Kerajinan Tong Bekas Cowok Ini Sukses Meraup Jutaan Rupiah Setiap Bulan
Butuh kejelian dan kreativitas untuk merubah sebuah benda yang tidak lagi berkhasiat menjadi benda yang mempunyai nilai irit tinggi. Benda-benda yang biasanya eksklusif dibuang menjadi sampah pun bisa dimanfaatkan menjadi barang yang bernilai tinggi.
Bagi sebagian orang, drum atau tong bekas tidak lagi mempunyai nilai, bahkan menjadi limbah. Tetapi di tangan Dwi Aribowo dan Jasri, tong bekas bisa dimanfaatkan menjadi banyak sekali kerajinan dan furniture rumah tangga menyerupai meja kursi, rak televisi hingga almari.
Kerajinan tong bekas yang unik tersebut sanggup dilihat di workshop mereka di Puri Yudhistira Regency No. 11 Kelurahan Dukuh, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga Provinsi Jawa Tengah.
Ide awal pembuatan furniture dari tong bekas berasal dari banyaknya limbah tong yang tidak difungsikan. Melihat hal tersebut, dengan menggali gosip dan ide dari Google, Dwi Aribowo kemudian berupaya semoga tong bekas tersebut sanggup dimanfaatkan kembali.
Bersama dengan Jasri, kemudian membuatkan kerajinan furniture dari tong tersebut dikombinasikan dengan kayu sehingga kelihatan lebih minimalis, klasik dan terkesan elegan.
Untuk materi baku tong bekas didapatkan mas Dwi di kawasan Kalibening, Kota Salatiga sebagai depo/pengepul tong-tong bekas.
Harga yang ditawarkan oleh mas Dwi Aribowo sendiri cukup variatif, mulai dari kisaran 1 juta hingga 5 juta tergantung dari bentuk dan tingkat kesulitan pesanan.
Konsumen bisa memesan jenis furnitur yang diinginkan, mulai dari bentuk, warna hingga jumlahnya kemudian gres bisa dikerjakan. Lama pengerjaan tergantung jumlah dan model yang diinginkan, rata-rata pesanan bisa dikerjakan dalam waktu 1 hingga 2 minggu.
Proses produksi pembuatan furnitur dari tong bekas ini dimulai dari pemotongan tong sesuai kebutuhan. Kemudian dilakukan pembersihkan tong tersebut dari bekas-bekas oli.
Setelah bersih, kemudian dilanjutkan proses pengecatan dan penggabungan dengan unsur-unsur kayu yang sudah dibuat sedemikian rupa.
Proses yang terakhir ialah finishing semoga produk yang dihasilkan menjadi mengkilat. Sementara ini untuk semua proses pengerjaan dilakukan oleh mas Dwi Aribowo dan pak Jasri sendiri.
Meskipun hanya dikerjakan berdua, tetapi dalam satu bulan bisa memproduksi 5 set meja, dimana satu set terdiri dari 4 dingklik dan 1 meja dengan omset rata-rata per bulan bisa mencapai 15 juta.
Untuk ketika ini alasannya ialah masih terkendala dalam persoalan permodalan, produk yang dihasilkan hanya untuk memenuhi pesanan belum bisa menyediakan stok dan display barang.
Mas Dwi mengungkapkan, alasannya ialah belum adanya sumber pendanaan bagi bisnisnya ini, terkadang menciptakan proses produksi menjadi terhambat.
Misalnya saja untuk proses pengecatan, alasannya ialah belum ada tempat khusus sehingga masih sangat tergantung pada cuaca, jikalau sedang turun hujan maka proses pengecatan tidak bisa dilakukan.
Hal lain yang menjadi hambatan ialah pemasaran. Tantangan besar yang dihadapi oleh Tongxis Furniture ialah anggapan dari masyarakat yang masih menganggap karya ini belum bernilai tinggi.
Tidak menyerupai masyarakat luar negeri yang cenderung lebih menghargai barang-barang bekas yang dimanfaatkan ulang, kebanyakan masyarakat kita lebih suka sesuatu yang baru.
Untuk pemasaran produk yang diberi label dagang Tongxis Furniture ini di samping melayani pasar lokal Salatiga juga mulai menerima pesanan dari banyak sekali kota menyerupai Solo, Jogjakarta, Semarang dan Jakarta.
Saat ini mas Dwi juga terus melakukan penemuan bisnis guna lebih memperluas dan memenangkan pangsa pasar serta meningkatkan omset bisnisnya.
Mas Dwi Aribowo berharap furnitur hasil produksi dari tong bekas miliknya ini bisa dikenal di mancanegara sehingga memungkinkan produk-produknya lebih tersebar.
Salah satu penemuan yang dilakukannya ketika ini untuk pemasaran selain melalui pameran, mas Dwi juga mulai memanfaatkan sosial media sebagai tempat mengatakan produknya.
Ke depan, harapan mas Dwi Aribowo ialah mempunyai sebuah website untuk menampilkan display produknya sehingga produk-produk dari Tongxis Furniture bisa dikenal lebih banyak orang.
Di samping itu dengan adanya website diperlukan bisa menjadi jembatan komunikasi antara konsumen dan Tongxis Furniture.
Sebaiknya anda baca : 10 Cara Meningkatkan Omset Bisnis untuk Memperoleh Keuntungan Maksimal
Sebagai ide untuk kita semua, ingatlah
Sekian sedikit dongeng ide dari Dwi Aribowo yang sukses membuatkan perjuangan kerajinan tong bekas. Semoga bisa menjadi ide dan motivasi dalam bisnis anda.
Bagi sebagian orang, drum atau tong bekas tidak lagi mempunyai nilai, bahkan menjadi limbah. Tetapi di tangan Dwi Aribowo dan Jasri, tong bekas bisa dimanfaatkan menjadi banyak sekali kerajinan dan furniture rumah tangga menyerupai meja kursi, rak televisi hingga almari.
Kerajinan tong bekas yang unik tersebut sanggup dilihat di workshop mereka di Puri Yudhistira Regency No. 11 Kelurahan Dukuh, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga Provinsi Jawa Tengah.
Ide awal pembuatan furniture dari tong bekas berasal dari banyaknya limbah tong yang tidak difungsikan. Melihat hal tersebut, dengan menggali gosip dan ide dari Google, Dwi Aribowo kemudian berupaya semoga tong bekas tersebut sanggup dimanfaatkan kembali.
Bersama dengan Jasri, kemudian membuatkan kerajinan furniture dari tong tersebut dikombinasikan dengan kayu sehingga kelihatan lebih minimalis, klasik dan terkesan elegan.
Untuk materi baku tong bekas didapatkan mas Dwi di kawasan Kalibening, Kota Salatiga sebagai depo/pengepul tong-tong bekas.
Harga yang ditawarkan oleh mas Dwi Aribowo sendiri cukup variatif, mulai dari kisaran 1 juta hingga 5 juta tergantung dari bentuk dan tingkat kesulitan pesanan.
Konsumen bisa memesan jenis furnitur yang diinginkan, mulai dari bentuk, warna hingga jumlahnya kemudian gres bisa dikerjakan. Lama pengerjaan tergantung jumlah dan model yang diinginkan, rata-rata pesanan bisa dikerjakan dalam waktu 1 hingga 2 minggu.
Proses pembuatan kerajinan tong bekas
Proses produksi pembuatan furnitur dari tong bekas ini dimulai dari pemotongan tong sesuai kebutuhan. Kemudian dilakukan pembersihkan tong tersebut dari bekas-bekas oli.
Setelah bersih, kemudian dilanjutkan proses pengecatan dan penggabungan dengan unsur-unsur kayu yang sudah dibuat sedemikian rupa.
Proses yang terakhir ialah finishing semoga produk yang dihasilkan menjadi mengkilat. Sementara ini untuk semua proses pengerjaan dilakukan oleh mas Dwi Aribowo dan pak Jasri sendiri.
Meskipun hanya dikerjakan berdua, tetapi dalam satu bulan bisa memproduksi 5 set meja, dimana satu set terdiri dari 4 dingklik dan 1 meja dengan omset rata-rata per bulan bisa mencapai 15 juta.
Untuk ketika ini alasannya ialah masih terkendala dalam persoalan permodalan, produk yang dihasilkan hanya untuk memenuhi pesanan belum bisa menyediakan stok dan display barang.
Mas Dwi mengungkapkan, alasannya ialah belum adanya sumber pendanaan bagi bisnisnya ini, terkadang menciptakan proses produksi menjadi terhambat.
Misalnya saja untuk proses pengecatan, alasannya ialah belum ada tempat khusus sehingga masih sangat tergantung pada cuaca, jikalau sedang turun hujan maka proses pengecatan tidak bisa dilakukan.
Hal lain yang menjadi hambatan ialah pemasaran. Tantangan besar yang dihadapi oleh Tongxis Furniture ialah anggapan dari masyarakat yang masih menganggap karya ini belum bernilai tinggi.
Tidak menyerupai masyarakat luar negeri yang cenderung lebih menghargai barang-barang bekas yang dimanfaatkan ulang, kebanyakan masyarakat kita lebih suka sesuatu yang baru.
Pemasaran produk furniture dari tong bekas
Untuk pemasaran produk yang diberi label dagang Tongxis Furniture ini di samping melayani pasar lokal Salatiga juga mulai menerima pesanan dari banyak sekali kota menyerupai Solo, Jogjakarta, Semarang dan Jakarta.
Saat ini mas Dwi juga terus melakukan penemuan bisnis guna lebih memperluas dan memenangkan pangsa pasar serta meningkatkan omset bisnisnya.
Mas Dwi Aribowo berharap furnitur hasil produksi dari tong bekas miliknya ini bisa dikenal di mancanegara sehingga memungkinkan produk-produknya lebih tersebar.
Salah satu penemuan yang dilakukannya ketika ini untuk pemasaran selain melalui pameran, mas Dwi juga mulai memanfaatkan sosial media sebagai tempat mengatakan produknya.
Ke depan, harapan mas Dwi Aribowo ialah mempunyai sebuah website untuk menampilkan display produknya sehingga produk-produk dari Tongxis Furniture bisa dikenal lebih banyak orang.
Di samping itu dengan adanya website diperlukan bisa menjadi jembatan komunikasi antara konsumen dan Tongxis Furniture.
Sebaiknya anda baca : 10 Cara Meningkatkan Omset Bisnis untuk Memperoleh Keuntungan Maksimal
Sebagai ide untuk kita semua, ingatlah
Sesuatu yang dipandang remeh terkadang tersembunyi manfaat yang besar
Sekian sedikit dongeng ide dari Dwi Aribowo yang sukses membuatkan perjuangan kerajinan tong bekas. Semoga bisa menjadi ide dan motivasi dalam bisnis anda.
0 Response to "Dari Kerajinan Tong Bekas Cowok Ini Sukses Meraup Jutaan Rupiah Setiap Bulan"
Posting Komentar